Tak banyak yang tahu jika Ganjar Pranowo saat kecil bernama Ganjar Sungkowo. Lahir di Tawangmangu, sebuah desa di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah, pada 28 Oktober 1968, anak kelima dari enam bersaudara itu memang semula memiliki nama belakang Sungkowo, bukan Pranowo.
S. Parmudji Pramudi Wiryo dan Sri Suparni, kedua orang tuanya, menamai anaknya dengan Ganjar Sungkowo untuk menggambarkan kondisi yang mereka alami kala itu. Keadaan yang sudah susah semakin menyedihkan karena saat menjelang melahirkan, ibunya justru mengalami kecelakaan.
Itu sebabnya, dipilihlah nama Ganjar Sungkowo. “Ganjar” yang berarti ganjaran atau pahala dan “Sungkowo” yang bermakna “kesusahan atau kesedihan. Jadi, Parmudji dan Sri Suparni ingin anaknya itu sebagai ganjaran atau pahala setelah mereka mengalami kesusahan sebelumnya.
Namun, kenyataan berkata lain. Kesedihan tak berhenti sampai di situ. “Ganjaran dari kesusahan itu” justru sakit-sakitan. Sebagaimana yang terjadi di Tanah Jawa-Mataraman, kalau ada anak kecil yang sering rewel dan sakit-sakitan dipercayai karena pengaruh salah nama.
Atas dasar itu, nama Ganjar Sungkowo pun diganti menjadi Ganjar Pranowo. “Pra” berarti sebelum dan “Nowo” berarti sembilan. Tidak ada penjelasan apa maksudnya, tapi jika dipahami secara mudah angka sebelum sembilan adalah delapan. Ada yang menganggap delapan bermakna keberuntungan, rezeki, dan kesuksesan.

Penuh Perjuangan
Benar saja, Ganjar Pranowo tumbuh besar dengan penuh keberuntungan dan kesuksesan, walaupun harus menempuhnya dengan penuh perjuangan. Sewaktu sekolah di Kutoarjo, tempat tugas baru sang ayah yang merupakan anggota polisi, jiwa kepemimpinan Ganjar telah kelihatan. Ia pernah menjadi ketua kelas.
Ganjar pun aktif dalam kegiatan kepramukaan saat melanjutkan sekolah di SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Sayangnya, belum tamat sekolah, ayahnya telah lulus “duluan” alias pensiun. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, ibunya membuka warung kelontong dan Ganjar berjualan bensin di pinggir jalan.
Meski begitu, tekad untuk maju tidak pernah mundur. Berkat kepintarannya, Ganjar diterima kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Di kampus tersebut, ia menjadi aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia. Saking idealisnya, rektornya sendiri (Koesnadi Hardjasoemantri/1986-1990) ia demo. Tapi, ia pernah cuti dua semester lantaran tak memiliki biaya untuk membayarnya.
Mengagumi Soekarno
Begitu lulus kuliah pada 1995, Ganjar Pranowo hijrah ke Ibu Kota Jakarta dan bekerja di perusahaan konsultan sumber daya manusia, PT Prakarsa. Dalam perjalanan kariernya, ia juga pernah bekerja di PT Prastawana Karya Samitra dan PT Semeru Realindo Inti.
Berbekal pengalamannya sebagai aktivis GMNI dan pengagum Bung Karno, Ganjar akhirnya tergiur untuk masuk ke dunia politik. Ia bergabung dengan PDI Perjuangan bentukan Megawati Soekarnoputri, putri dari tokoh yang ia kagumi, setelah partai tersebut pecah dari PDI pimpinan Soerjadi.
Pada 2002, Ganjar sudah menduduki posisi sebagai Deputi I Badan Pendidikan dan Pelatihan Pusat PDI Perjuangan. Setahun kemudian, Ganjar juga menjadi Anggota Bidang Penggalangan Panitia Pemenangan Pemilu Pusat PDI Perjuangan.
Meski menjadi Panitia Pemenangan Pemilu Partai, dalam pemilihan legislatif pada 2004 ia gagal menjadi anggota DPR RI. Walau begitu, garis keberuntungan tetap berpihak pada Ganjar. Ia kemudian masuk ke Senayan melalui Pergantian Antar Waktu menggantikan Jakob Tobing, rekan separtainya, yang ditugaskan Presiden Megawati Soekarnoputri menjadi duta besar untuk Korea Selatan.
Elektabilitas Teratas
Hingga akhirnya, pada 2013 Ganjar bersama Heru Sujatmiko ikut kontestasi Pemilihan Gubernur Jawa Tengah dan menang atas calon petahana Bibit Waluyo-Sudijono Sastroatmodjo dan Hadi Prabowo-Don Murdono dengan perolehan suara 48,82%.
Pada pemilihan gubernur untuk periode 2018-2023, Ganjar kembali mencalonkan diri berpasangan dengan putra kiai kharismatik KH Maimoen Zubair, yakni Taj Yasin Maimoen. Hasilnya? Ganjar-Taj Yasin memenangkan 58,78% suara.
Kini, Ganjar yang dulu lahir dengan penuh “sungkowo” dianggap berhasil memimpin Jawa Tengah selama dua periode. Tak pelak, namanya pun selalu menempati urutan teratas elektabilitas kandidat calon presiden 2024 yang dirilis berbagai lembaga survei politik.
Nah, akankah keberuntungan terus berpihak pada Ganjar hingga mengantarkannya menjadi presiden? Yang pasti, ia sudah menjadi salah satu tokoh populer yang sampai saat ini cukup berpeluang memenangkan kontestasi itu, setidaknya jika pemilihan presiden dilakukan hari ini.***
BIODATA GANJAR PRANOWO |
Nama | H. Ganjar Pranowo, SH, MIP |
TTL | Karanganyar, 28 Oktober 1968 |
Agama | Islam |
Pekerjaan | Gubernur Jawa Tengah |
Nama Orang Tua | S. Parmudji Pramudi Wiryo (Ayah), Sri Suparni (Ibu) |
Status Perkawinan | Menikah |
Nama Istri | Hj. Siti Atikoh Suprianti, STP, MT, MPP |
Nama Anak | Zinedine Alam Ganjar |
PENDIDIKAN |
1975-1981 | SDN 1 Kutoarjo |
1981-1984 | SMPN 1 Kutoarjo |
1984-1987 | SMA BOPKRI I Yogyakarta |
Lulus 1995 | Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada |
Lulus 2013 | Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia |